Di Antara Dua Pilihan; Surga – Neraka

Jika seseorang ditanya: mau masuk surga atau neraka; mau pahala atau siksa? Tentu semuanya mau masuk surga dan meraih pahala. Mungkin hanya orang bodoh yang ingin masuk neraka dan mendapatkan siksa.

Namun, sadarkah kita, keinginan masuk surga dan meraih pahala sering hanya dusta belaka? Bukankah sering keinginan itu hanya ada di lisan kita, tidak benar-benar berasal dari lubuk hati kita dan termanifestasikan dalam amal-amal kita? Buktinya, tak sedikit orang justru melakukan amal-amal yang menjauhkan diri mereka dari kemungkinan masuk surga dan meraih pahala. Mereka malah makin mendekatkan dirinya ke neraka dan ‘memilih’ siksa. Di mulut mereka sangat ingin masuk surga dan enggan masuk neraka. Namun kenyataannya, mereka enggan menunaikan shalat, tak mau melaksanakan kewajiban menuntut ilmu, tidak berbakti kepada orang tua, malas berdakwah, cuek terhadap kemungkaran, dll. Semua itu pasti akan menjaukan diri mereka dari surga dan malah bisa menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Di lisan, mereka ingin pahala dan tak mau disiksa. Namun kenyataannya, mereka suka berbohong, berakhlak buruk, berlaku sombong dan merendahkan orang lain, memamerkan aurat, berzina, korupsi, memakan riba, mendzalimi orang lain, dll. Semua itu pasti mengundang siksa dan menjauhkan mereka dari pahala.

Maka dari itu, tentu benar sabda Baginda Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra., “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para Sahabat heran, bagaimana mungkin ada orang yang enggan masuk surga? Tentu tidak masuk akal! Karena itu, mereka kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang enggan masuk surga?” Baginda menjawab, “Mereka yang menaatiku pasti bakal masuk surga. Sebaliknya, mereka yang tidak mau mengikutiku, itulah yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari dan Ahmad).

Pertanyaannya: Lebih banyak mana, yang mengikuti Rasulullah SAW atau yang menyimpang bahkan meninggalkan jalan beliau? Tentu lebih banyak yang terakhir. Artinya, sadar atau tidak, kebanyakan manusia ternyata ‘memilih’ neraka ketimbang surga.

Memang untuk meniti jalan menuju ke surga tidaklah gampang, namun juga tidak terlalu susah. Tidak gampang karena banyaknya godaan yang kita alami dalam kehidupan sekarang, dimana manfaat yang menjadi asas atau tolak ukur dalam setiap perbuatan. Padahal seorang muslim harusnya menjadikan Halal-Haram sebagai penentu setiap perbuatan yang akan dia lakukan. Jika perbuatan itu halal maka silahkan untuk dilakukan, namun ketika haram maka dengan sekuat tenaga dan upaya untuk meninggalkan perbuatan haram tersebut.

Nah dalam hal ini kita sebagai seorang muslim harus mengetahui mana perbuatan yang halal dan mana yang haram. Bagaimana cara mengetahuinya?, tentu dengan menuntut Ilmu Islam secara benar-benar dan berkelanjutan. Bukan sekali-sekali, tetapi terus menerus kita mengkaji ilmu Islam sehingga kita semakin banyak tau mana saja perbuatan yang Halal untuk dilakukan dan mana saja perbuatan yang haram untuk dilakukan.

Tanpa aktivitas mengkaji ilmu Islam secara benar dan terus menerus, mustahil bagi seorang muslim untuk bisa tahu tentang halal-haram. Dan aktivitas mengkaji/ menuntut ilmu Islam ini adalah suatu kewajiban seperti halnya kewajiban-kewajiban yang lain seperti shalat, puasa, zakat, berhaji, jihad, dan lainnya.

Rasulullah pernah bersabda “Menuntut ilmu difardhukan untuk setiap muslim.” maknanya kita akan berdosa jika meninggalkan aktivitas menuntut ilmu Islam. Sebab hanya dengan menuntut ilmu kita bisa tahu cara menhindari dari berbuat maksiat, dan juga cara beribadah kepada Allah dengan benar.